KIEV, KOMPAS.com - Pertarungan antargelandang bakal mewarnai laga final antara Spanyol dan Italia pada Senin (2/7/2012) dini hari WIB di Kiev. Kedua tim akan berebut kendali ritme permainan dari lini tengah. Siapa yang menang di tengah bakal mendikte permainan lawan.
Spanyol dengan pola permainan tiki-taka-nya bakal berusaha keras untuk mendominasi penguasaan bola. La Furia Roja, julukan tim Spanyol, akan berusaha mengurung pertahanan Italia di sejak dari tengah lapangan.
Sejak penyisihan grup, Spanyol sering memainkan lima atau enam gelandang sekaligus dan jarang memasang penyerang murni meskipun formasi utamanya tetap 4-3-3. Taktik ini membuat Spanyol mampu menguasai permainan dari tengah sampai depan walau eksekusi akhirnya sering kurang tajam.
Xavi akan menjadi motor di lini tengah Spanyol. Bersama dengan Sergio Busquets, Xavi sering mendistribusikan bola untuk mengatur irama permainan. Ketiadaan penyerang murni, yang sering diganti dengan Andres Iniesta, David Silva, dan Cesc Fabregas, membuat lawan kesulitan menentukan siapa yang akan dijaga.
Saat menghadapi Perancis di perempat final, strategi ini berhasil membuat Les Bleus keteteran. Dua gol bagi Spanyol berhasil disarangkan Xabi Alonso yang bermain sebagai gelandang bertahan.
Namun, saat menghadapi Portugal yang memiliki pertahanan dua lapis yang disiplin, strategi penguasaan lapangan tengah Spanyol menjadi kurang berguna karena tidak ada eksekutor yang mampu mengubah umpan menjadi gol penentu kemenangan.
Permainan Spanyol sering dikritik sebagai permainan yang monoton dan membosankan karena hanya diwarnai umpan sesama pemain tanpa ada arah serangan yang jelas. Namun, Andres Iniesta, membela gaya permainan timnya sebagai cara mereka untuk memenangi pertandingan.
Pola permainan ini sudah membawa kami sukses di dua turnamen utama dunia, kata Iniesta.
Pemain Barcelona itu mengatakan, pola tiki-taka yang mengandalkan penguasaan bola di lapangan tengah juga akan dimainkan saat menghadapi Italia.
Di kubu Italia, Andrea Pirlo yang menjadi pengatur serangan tim Azzurri juga bertekad memenangi duel di lapangan tengah. Barisan gelandang yang diatur dengan pola belah ketupat bersama dengan Daniele de Rossi di kiri, Claudio Marchisio di kanan, dan Riccardo Montolivo, dalam formasi 4-4-2 membuat para gelandang Italia tangguh saat bertahan dan cepat kala menyerang.
Di laga perdana Grup C, Italia menggunakan formasi 3-5-2 untuk memenangi pertempuran di lapangan tengah. Strategi itu berhasil membuat Spanyol kelabakan dan ketinggalan terlebih dulu.
Di final, Pelatih Cesare Prandelli diprediksi akan menggunakan formasi 4-4-2, seperti saat melawan Jerman, karena membuat mereka lebih agresif dan lebih mudah menembus pertahanan lawan. Jika Spanyol mengurung lapangan tengah, Italia akan mengandalkan serangan balik yang cepat, seperti saat Montolivo melepaskan umpan jauh ke Mario Balotelli yang mengubahnya menjadi gol kedua di gawang Jerman. (Caesar Alexey)
Via: Adu Kuat di Lapangan Tengah
0 comments:
Post a Comment